Monday, February 15, 2016

Aku bukan Doraemon (lagi)

Aku Bukan DoraemonAku bukanlah kucing gemuk berwarna biru tak bertelinga yang mampu memberikan benda-benda ajaibnya untuk menolongmu. 

Aku tak punya kantong ajaib yang mempu menyimpan dan mengambil banyak benda yang bertindak sebagai gudang berjalan milikmu. 

Aku tak memiliki baling-baling bambu untuk membuatmu terbang bebas di angkasa. 

Aku pun tak memiliki pintu kemana saja yang dapat membawamu kemana pun
kau suka. 

Aku juga tak memiliki mesin waktu dimana dapat mengulang semua kesalahan yang telah diperbuat di masa lalu.

Aku tak memiliki semua benda ajaib itu.

Aku hanyalah aku, manusia dengan segala kekurangan, tapi ku pastikan kau tak akan pernah merasakan kekurangan cinta dan kasih sayang dariku.

Karena aku bukanlah si kucing biru, maka jangan perlakukan aku seperti seorang anak pemalas berbaju kuning berkaca mata yang akan tetap kelas enam selamanya memeperlakukan si kucing biru. Hanya datang mencari dan menemui si kucing dengan wajah penuh air mata atau dengan wajah merah padam memendam amarah dan dendam, datang hanya ketika membutuhkan pertolongan, membutuhkan bantuan. Tapi setelah di bantu, ia akan melupakan kata-kata si kucing dan bahkan sering kali tak mendengarkan si kucing ketika berbicara.

Sunday, February 14, 2016

Couple, Couple, Couple, Kapan?

Lihat ke depan Couple,
Cek ke kiri Couple,
Menghindar ke kanan ketemu Couple lagi,
Tapi ketika menatap ke cermin yang muncul cuma Kapan.,,

Sungguh tragis,
atau lebih tepatnya dianggap tragis,

Loh kenapa?

Dunia ini selalu melihat sesuatu yang benar hanya dengan pandangan kebanyakan orang.
Padahal kalau di lihat lagi, apa salahnya tidak memiliki pasangan. Pasangan tak sah maksudnya yang kemudian disederhanakan dengan banyak istilah, pacarlah, kekasihlah, "cuma temenlah", TTM lah, atau HTS sekalipun.

Ya,
Pada saat ini tidak punya pasangan dianggap sebagai suatu aib yang harus disembunyikan. Sungguh sangat berbeda dengan apa yang agama mereka ajarkan. Bukankah secara jelas dan gamblang kalau semua itu dilarang.

Alasan klasik selalu muncul. Untuk mengenal pasangan sebelum menikah.
Ya memang benar tujuannya, tapi caranya salah. Bukankah di agamamu yang sempurna itu telah di ajarkan cara mengenal calon pasanganmu tanpa harus mendekati zina. Coba pikirkanlah lagi..

Alasan selanjutnya, kami gak ngapa2in kok..
Hahahahaha
Emang harusnya ngapain..
Bukankah kalian jalan bareng?
Bukankah kalian makan berdua?
Bukankah kalian pegangan tangan?
atau hal lain.
Apa itu maksud gak ngapa2in...

Malah aku pernah mendengar, "kami pacaran yang islami kok"
ngakak abis bro..
Di Agamamu itu gak pernah mengenal istilah pacaran, apalagi pacaran yang islami..
Yang jelas-jelas diterangkan di sana adalah janganlah kalian mendekati zina, bukanlah pacaran salah satu jalan menuju zina, ya secara otomatis dilarang bro..


Ini hanya sekedar mengingatkan diri sendiri saja. Karena aku pernah kok masuk ke dunia itu.

Saturday, February 13, 2016

"Kisah seorang istri yang bisa membuat suaminya tergila-gila padanya.."

Seorang Ayah bercerita pd anak perempuannya,

Suatu hari seorang wanita tua diwawancarai oleh seorang presenter dalam sebuah acara tentang rahasia kebahagiaannya yang tak pernah putus. Apakah hal itu karena ia pintar memasak? Atau karena ia cantik? Atau karena ia bisa melahirkan banyak anak, ataukah karena apa?
 
Wanita itu menjawab :
“Sesungguhnya rahasia kabahagiaan suami istri ada di tangan sang istri, tentunya setelah mendapat taufik dari Allah. Seorang istri mampu menjadikan rumahnya laksana surga, juga mampu menjadikannya neraka.
 
 Jangan Anda katakan karena harta !Sebab betapa banyak istri kaya raya namun ia rusak karenanya, lalu sang suami meninggalkannya.Jangan pula Anda katakan karena anak-anak !Bukankah banyak istri yang mampu melahirkan banyak anak hingga sepuluh namun sang suami tak mencintainya, bahkan mungkin menceraikannya.

Dan betapa banyak istri yang pintar memasak. Di antara mereka ada yang mampu memasak hingga seharian tapi meskipun begitu ia sering mengeluhkan tentang perilaku buruk sang suami.”
Maka sang peresenter pun terheran, segera ia berucap:“Lantas apakah #rahasia nya..?”

Wanita itu menjawab:
“Saat suamiku marah dan meledak-ledak, segera aku diam dengan rasa hormat padanya. Aku tundukkan kepalaku dengan penuh rasa maaf. Tapi janganlah Anda diam yang disertai pandangan mengejek, sebab seorang lelaki sangat cerdas untuk memahami itu.”
“Kenapa Anda tidak keluar dari kamar saja..?” tukas presenter.



Wanita itu segera menjawab:
“Jangan Anda lalukan itu! Sebab suamimu akan menyangka bahwa Anda lari dan tak sudi mendengarkannya. Anda harus diam dan menerima segala yang diucapkannya hingga ia tenang.
Setelah ia tenang, aku katakan padanya; 'Apakah sudah selesai?'

Selanjutnya aku keluar….
Sebab ia pasti lelah dan butuh istirahat setelah melepas ledakan amarahnya.

Aku keluar dan melanjutkan kembali pekerjaan rumahku.”
“Apa yang Anda lakukan? Apakah Anda menghindar darinya dan tidak berbicara dengannya selama sepekan atau lebih?” tanya presenter penasaran.

Wanita itu menasehati :“Anda jangan lakukan itu, sebab itu kebiasaan buruk. Itu senjata yang bisa menjadi bumerang buat Anda. Saat Anda menghindar darinya sepekan sedang ia ingin meminta maaf kepada Anda, maka menghindar darinya akan membuatnya kembali marah.
Bahkan mungkin ia akan jauh lebih murka dari sebelumnya.”

“Lalu apa yang Anda lakukan..?” tanya sang presenter terus mengejar.
Wanita itu menjawab:

“Selang dua jam atau lebih, aku bawakan untuknya segelas jus buah atau secangkir kopi, dan kukatakan padanya, Silakan diminum.

Aku tahu ia pasti membutuhkan hal yang demikian, maka aku berkata-kata padanya seperti tak pernah terjadi sesuatu sebelumnya.”

“Apakah Anda marah padanya..?” ucap presenter dengan muka takjub.
#Wanita itu berkata:
“Tidak... Dan saat itulah suamiku mulai meminta maaf padaku dan ia berkata dengan suara yang lembut.”



“Dan Anda mempercayainya..?” ujar sang presenter.
Wanita itu menjawab :

“Ya. Pasti. Sebab aku percaya dengan diriku dan aku bukan orang bodoh. Apakah Anda ingin aku mempercayainya saat ia marah lalu tidak mempercayainya saat ia tenang..?” “Lalu bagaimana dengan harga diri Anda?” potong sang presenter.

“Harga diriku ada pada ridha suamiku dan pada tentramnya hubungan kami. Dan sejatinya antara #suami #istri sudah tak ada lagi yang namanya harga diri. Harga diri apa lagi..?!!

Padahal di hadapan suami Anda, Anda telah lepaskan semua pakaian Anda!”
 

Izinkan saya berzina dengan anak Bapak!!!

Suatu hari sepasang muda-mudi akan pergi untukberjalan-jalan. Setibanya pemuda di rumah orang tua sang gadis untuk menjemputnya.

Gadis: Masuk dulu ya, bertemu sama ayah

Pemuda : Boleh kah? Gadis: Masuk saja, saya bersiap-siap dulu. Masuklah sang pemuda melalui pintu utama. Pintu yang siap terbuka mengelu-elukan kedatangan si pemuda. Pemuda : Assalamualaikum.

Ayah Gadis : waalaikumussalam! Mendengar lantangnya suara Ayah si gadis, si pemuda kaku membatu. Lantas si gadis menyadarkan pemuda dari lamunan itu. Entah apa yang dipikirkannya.

Gadis : Mari, silahkan duduk

Pemuda : eh.,iyaa

Setelah mengucapkan salam dan berjabat tangan, duduklah si Pemuda di kursi yang hampir menghadap Ayah si gadis. Hanya koran yang menjadi ‘sitroh’ antara mereka.

Ayah Gadis : hendak jalan kemana hari ini?

Pemuda : ke Kota saja Pak, dia mau mencari barang katanya. entah barang apa saya tidak tahu.

Ayah Gadis : oh.. Pemuda : . . . Hampir 5 menit suasana senyap tanpa suara. Dan ibu si gadis keluar dari ruang belakang membawa air dan kue kering. Si Pemuda pun tersenyum manis.

Ibu Gadis : Silahkan diminum dulu nak. Kamu sudah sarapan?

Pemuda : eh, Sudah Bu. Terima kasih.

Ibu Gadis : kamu ini malu-malu segala dengan kami. Pemuda : saya hanya segan Bu. Hehe

Ayah Gadis : kapan kamu mau mengirim rombongan (lamaran)?

Ibu Gadis : eh, ayah ini?

Pemuda : hmm. Saya belum memiliki banyak uang Pak. Hehe

Ayah Gadis : kamu bawa anak kami kesana-kemari. Apa orang kata nanti?

Pemuda: (sebenarnya Malu dengan orang lain, serta malu dengan Allah). Setiap kami pergi kami selalu naik mobil Pak, tidak pernah berdekatan apalagi sampai bergandeng tangan. Oh iya, bisa saya tanya sedikit Pak?

Ayah Gadis : tentu saja, silahkan!

Pemuda : bapak dan ibu ingin saya menyediakan uang berapa untuk lamaran ini?

Ibu Gadis : kalau bisa Rp.20.000.000,-

Ayah Gadis : ehh, tapi kalau bisa lebih besar dari orang sebelah yang naksir juga sama gadis.

Pemuda : Maaf, Berapa itu Bu?

Ayah Gadis : Rp.40.000.000,- syukur-syukur bisa lebih

Pemuda : (Ya Allah, whhooa.. Rp.40.000.000,- darimana saya dapat uang sebanyak itu, aduh) Besar sekali Pak, apakah tidak bisa lebih sedikit, kita buat acara sederhana saja. Cukup mengudang keluarga, saudara dan tetangga dekat?

Ayah Gadis : itu nasib kamu nak, kamu yang akan menikahi anak kami. Lagipula dialah satu-satunya anak perempuan kami. Si Pemuda pun hampir hilang akal ketika disebutkan ‘harga’ si gadis itu. Dan si Pemuda mencoba kembali berdiskusi dengan orang tua gadis pujaan hatinya.

Pemuda : Boleh saya bertanya lagi, apakah anak bapak pandai memasak?

Ayah Gadis : hmm,.boro-boro. Bangun tidur saja jam 10 lebih, bukan bangun pagi lagi itu. Habis bangun terus langsung makan siang.

Ibu Gadis : Apa sih ayahnya ini, anaknya mau dijadikan istri, dia malah cerita yang jelek-jelek.

Ayah Gadis : Ibunya pun sama suka terlambat bangun juga.

Ibu Gadis : ih ayah ini!

Pemuda: (bengong) Ehh.. iya cukup pak, sekarang saya sudah tau. Kalau boleh bertanya lagi, bisa kah dia membaca Qur’an?

Ibu Gadis: bisa sedikit-sedikit kok

Pemuda : belajar dengan maknanya?

Ibu Gadis : mungkin.

Pemuda : hmm.

Ibu Gadis : kenapa?

Pemuda : Oh, tidak apa – apa bu. Pertanyaan terakhir, apakah dia rajin sholat?

Ayah Gadis : Apa maksud kamu tanya semua ini !? Dia kan dekat dengan kamu. Harusnya kamu juga tahu.
Pemuda : Setiap sedang diluar dan saya ajak sholat, dia selalu bilang sedang datang bulan. Sedikit – sedikit datang bulan. Saya jadi bingung, sebenarnya dia bisa sholat tidak. Ayah dan Ibunya begitu kaget. Dan pada wajahnya begitu kemerahan menahan amarah.

Pemuda : Boleh saya sambung lagi. Dia tak bisa masak, tak bisa sholat, tak bisa mengaji, tak bisa menutup aurat dengan baik. Sebelum dia menjadi istri saya, dosa-dosanya juga akan menjadi dosa bapak dan ibu. Lagipula tak pantas rasanya dia dihargai Rp.40.000.000,-. Kecuali dia hafidz Qur’an 30 juz dalam kepala, pandai menjaga aurat, diri, dan batasan-batasan agamanya. Barulah dengan mahar Rp.100.000.000,-pun saya usahakan untuk membayar. Tapi jika segala sesuatunya tidak harus dibayar mahal mengapa harus dipaksakan untuk dibayar mahal ? Seperti halnya mahar. Sebab sebaik-baik pernikahan adalah serendah-rendah mahar.

Mata ayah si gadis direnung tajam oleh mata ibu si gadis. Keduanya diam tanpa suara. Sekarang ketiganya menundukkan kepala. Memang sebagian adat menjadikan anak perempuan untuk dijadikan objek pemuas hati menunjukkan kekayaan dan bermegah-megah dengan apa yang ada, terutama pada pernikahan. Adat budaya mengalahkan masalah agama. Para orang tua membiarkan bahkan menginginkan anak perempuan dihias dan dibuat pertunjukkan di muka umum. Sedangkan pada saat akad telah dilafadz oleh suami, segala dosa anak perempuan sudah mulai ditanggung oleh si suami.

Ayah Gadis : tapi kan, ayah hanya ingin anak ayah merasakan sedikit kemewahan. Hal seperti tu kan hanya terjadi sekali seumur hidup.

Pemuda : Bapak ingin anak bapak merasakan kemewahan?

Ibu Gadis : tentulah kami berdua pun turut gembira.

Pemuda : sungguh demikian ? boleh saya sambung lagi? bapak, ibu.. saya bukanlah siapa – siapa. Sekarang dosa anak Bapak, Bapak juga yang tanggung. Esok lusa setelah akad nikah terus dosa dia saya yang tanggung. Belum lagi pasti bapak dan ibu ingin kami bersanding lama di pelaminan yang megah, anak Ibu dirias dengan riasan secantik-cantik­nya dengan make up dan baju paling mahal, di hadapan ratusan undangan agar kami terlihat mewah pula. Salain setiap mata yang memandang kami akan mendapat dosa. Apakah begitu penting hal tersebut jika dalam kehidupan sehari-hari kita malah berusaha untuk hidup sesederhana mungkin tanpa berlebih-lebihan.

Ibu si gadis segera mengambil langkah mudah dengan menarik diri dari pembicaraan itu. Si ibu tahu, si pemuda berbicara menggunakan fakta islam. Dan tidak mungkin ibu si gadis dapat melawan kata si pemuda itu.

Ayah Gadis : Kamu mau berbicara mengajari masalah agama di depan kami?

Pemuda : ehh. maaf pak. Bukan saya hendak berbicara / mengajari masalah agama. Tapi itulah hakikat. Terkadang kita terlalu memandang pada adat sampai lupa agama.

Ayah Gadis : sudah lah. Kamu sediakan Rp.40.000.000,- kemudian kita bicarakan lebih lanjut. Kalau tidak ada, kamu tak bisa kimpoi dengan anak ku!

Pemuda : Semakin lama lah hal itu. Mungkin di umur saya 30 atau lebih, saya baru bisa mengumpulkan uang tersebut dan bisa masuk meminang anak bapak. Baiklah, .kalau memang bapak berharap tetap demikian, maka ’izinkan saya berzina dengan anak bapak’?

Ayah Gadis : hei! Kamu sudah berlebihan!, kamu jaga baik-baik omongan kamu itu.

Pemuda : dengar dulu penjelasan saya pak. Apa bapak tahu alas an orang berzina dan banyak orang memiliki anak di luar nikah? Sebab salah satunya hal seperti ini lah pak. Selalu saja orang tua perempuan menempatkan puluhan juta rupiah untuk mahar, harus menunggu si pria mempunyai pekerjaan dengan gaji begitu tinggi, sampai pihak pria terpaksa menunda keinginan untuk menikah. Tetapi cinta dan nafsu kalau tidak diwadahi dengan baik, setan yang jadi pihak ketiga untuk menyesatkan manusia. Terlebih di zaman seperti ini yang cobaan dan kondisinya tidak seperti zaman bapak dan ibu dulu. Akhirnya mereka mengambil jalan pintas memuaskan nafsu serakah dengan berzina. Pertama memang hal yang ringan-ringan dulu pak, pegang-pegangan tangan, saling memeluk, dan sebagainya. Tapi semakin lama akan menjadi hal berat. Yang berat-berat itu bapak sendiri pun bisa membayangkan.

Ayah Gadis : lantas apa kaitan kamu dengan hendak berzina pula !?

Pemuda : Begini logikanya. Sepertinya yang terjadi dengan anak-anak lainnya. Bapak tidak memberi izin kami menikah sekarang, biar ada berpuluh juta uang dulu baru bisa menikah. kami hendak melepaskan nafsu bagaimana pak? setiap harinya kami mengenal lebih dekat dan semakin dewasa. Dia meminta saya menengoknya, semakin cinta saling melepas rasa rindu. Susah pak, itu Nafsu yang diberikan kepada manusia. Sebab itu saya dengan rendah hati meminta izin pada bapak untuk berzina dengan anak bapak. Terlepas apakah yang penting bapak tahu saya dan dia hendak berzina. Sebab rata-rata orang yang berzina itu orang tua tidak tau pak, tidak. Kelihatannya pemuda -pemudi zaman sekarang biasa-biasa saja padahal sebenarnya sudah pernah bahkan sering berzina. Ironisnya banyak orang menganggap hal itu tidak tabu lagi. Berzina bukan saja hal yang ehem-ehem saja. Ada zina-zina ringan, zina mata, zina lidah, zina telinga dll. Tapi sebab hal ringan itu lah yang akan menjadi berat.

Ayah Gadis : hmm. Kamu ini begitu pelik dan memperumit saja. Beruntung kamu bukan orang lain. Kalau orang lain, sudah dari tadi saya angkat parang. Begini nak, Tapi kalau tidak ada uang, bagaimana kamu akan memberi dia makan??

Pemuda : hehe. Bapak. lupakah Bapak dengan apa yang telah Allah pesankan pada kita. “Dan menikahlah orang-orang bujang (pria dan perempuan) dari kalangan kamu, dan orang-orang yang sholeh dari hamba-hamba kamu, pria dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka. sesungguhnya karunia Allah Maha luas (rahmat dan karunianya), lagi Maha Mengetahui.” (An Nur 32). Apakah kita tak yakin dengan apa yang Allah janjikan. Bapak dan Ibu juga pernah lah menjadi muda. Masalah datangnya harta, selagi kita terus berusaha itu adalah Rahmat-Nya yang sudah ditakdirkan pada tiap-tiap hamba-Nya. Lagipula pak, kalau makan dan minum itu Insya Allah, saya sanggup untuk memberikannya. Tempat tinggal bisa kita bicarakan lagi. Kalau hal ini bisa menghalangi kami dari melakukan dosa dan sia-sia. Apakah tidak lebih baik disegerakan.Bapak pun tak mau hal-hal tak tidak diinginkan terjadi.

Bapak si Gadis Diam tanpa kata, merenung kata – kata si pemuda, berusaha memikirkan cara untuk mematahkan kata-kata si Pemuda. Dan ayah si gadis mendapat akal.

Ayah Gadis : kamu tahu lah zaman sekarang ni. Kalau mengikuti cara kamu itu. Mungkin kamu tidak suka dengan acara persandingan yang mewah, Bapak bisa terima. Tapi kamu apa bisa menerima apa yang akan orang-orang katakan. Orang akan mengatakan anak aku ‘kecelakaan’ dan terpaksa menikah dengan kamu. Mau ditaruh dimana muka ini.

Pemuda : bagus juga pikiran bapak itu. Kalau ‘kecelakaan’ mana mau saya menikahi anak bapak. Karena akan selamanya menjadi haram, orang yang zina tidak akan pernah menjadi halal sekalipun dengan pernikahan. Kalau bapak memaksa ya sudah. Bisa ikut nikah masal kan bagus juga bisa berhemat tapi tetap ramai.

Ayah Gadis : serius lah nak!

Pemuda : begini pak, sekali lagi rasanya tidak perlu membayar puluhan juta dan mahar yang berlebihan sehingga memaksa diluar kemampuan. Tapi saya tak mengatakan tidak ada walimatul urus. Sedang walimatul urus itu tetap perlu dan disesuaikan dengan kemampuan. itu cara islam. Saya bukan hendak macam-macam dengan bapak. Syariat memang seperti itu. Maha baiknya Allah sebab masih menjaga kita selama ini, tapi hal sepele seperti ini pun kita masih memandang ringan dan kita tak percaya dengan apa yang telah Allah janjikan. Saya benar-benar minta maaf kalau ada kata-kata saya yang membuat bapak tidak senag terhadap saya. Tidak juga bermaksud tidak takdzim dengan bapak dan ibu. Segalanya kita serahkan pada Allah, kita hanya bisa merencanakan saja.

Azan dzuhur berkumandang, jaraknya tidak sampai 10 rumah dengan rumah si gadis. Si pemuda memohon untuk ke surau dan mengajak bapak si untuk pergi bersama. Namun ajakan ditolak dengan lembut. Lantas sang pemuda memberi salam dan memohon untuk keluar. Di pinggir jendela tua si gadis melihat si pemuda mengeluarkan kopiah dari sakunya dan segera di pakainya. Lalu masuk mobil dan hilang dari penglihatan si gadis tadi. Sedang si gadis yang sedari tadi berdiri di balik tirai bersama ibunya meneteskan air mata mendengar curahan kata-kata si pemuda terhadap ayahnya.

Kerudung lebar pemberian si pemuda sebagai hadiah padanya yang lalu digenggam erat. Ibu si gadis juga meneteskan air mata melihat pada perilaku anaknya. Segera ibu dan si gadis ke ruang tamu menghadap ayahnya.

Ibu Gadis : Apa yang anak itu katakan benar. Kita ini tak pernah memperhatikan syariat-syariat ringan agama selama ni. Terlalu melihat dunia, adat dan apa kata orang. Padahal mereka tak pernah juga peduli pada kita.

Ayah Gadis : hmm.. entahlah, ayah tak tahu. Begitu keras yang anak itu katakan tadi. Dia berpesan tadi, kamu suruh bersiap, lalu setelah dzuhur dia jemput kamu.

Gadis : sudah tidak ada semangat untuk pergi ayah. Kemudian si gadis menggapai telepon genggamnya dan mengetik pesan. Si Pemuda yang selesai mengambil wudhu tersenyum saat membaca pesan yang baru saja diterima dari si gadis,

“Andai Allah telah memilih dirimu untukku, aku ridho dan akan terus bersama mu, apapun yang ada pada dirimu dan yang kamu miliki, aku juga akan terus pada agama yang ada padamu. Siang ini ga ada mood untuk keluar, maaf. Minggu depan ayah menyuruh kirim rombongan (lamaran) untuk ke rumah.“

*** Terkadang kisah seperti diatas masih saja sering terjadi. Wahai kalian pemuda dan pemudi yang dirahmati Allah, jika kalian merasa telah mampu dan yakin untuk menikah. maka segerakanlah. Sungguh- sungguh merugi orang yang menunda-nunda terhadap rahmatnya Allah.

Wednesday, February 10, 2016

Aku Telah Melihatnya

Sifat manusia bisa di analogikan seperti suatu ruangan. Ada yang hanya bisa dilihat dari dalam dan ada hal lain yang cuma bisa dilihat dari luar.

Untuk melihat seutuhnya, maka lihatlah dari kedua sisi. Dan kini aku telah melihatnya, dan telah memutuskan jika aku tak akan tinggal di ruangan itu. 

Terima kasih telah menjadi tempatku bernaung dari teriknya matahari dan dinginnya suhu malam hari, namun kini aku sadar bahwa ruangan itu tak cocok denganku, aku tak tahu bagaimana cara mengatakannya. Rasa nyaman di awal mungkin hanya euforia mendapatkan sesuatu yang baru, namun kini telah berbeda.

Bukan-bukan...
Tak ada yang salah dengan ruangannya.
Hanya saja ada beberapa riasan yang kurang ku sukai.
Namun ketika aku mencoba membicarakannya, ternyata jawaban yang aku terima hanya sebuah kepastian bahwa riasan itu tak mungkin dilepas, tak mungkin diganti.
Ya mau gimana lagi, tentang riasan dan segala yang ada ruangan itu adalah hak mu.
Tak mungkin aku memaksakan kehendakku.

Mungkin ruangan itu lebih cocok untuk tempat tinggal orang lain.

Oya, aku mohon maaf apabila ruangan yang tadinya bersih, rapi, menjadi kotor dan berantakan pada saat ku tinggalkan. Maafkan aku yang tak bertanggung jawab.

Sunday, February 7, 2016

Aku bukanlah Doraemon


Aku bukanlah Conan Edogawa yang selalu dapat menyelesaikan sebuah misteri. Aku lebih sering salah menganalisa sebuah masalah dan akhirnya terjebak dalam kesalahan itu.

Aku bukanlah Son Goku, seorang dengan kekuatan tak terbatas yang mampu mengalahkan semuanya, aku hanya mahluk lemah yang mengandalkan belas kasihan dari orang lain untuk bertahan hidup

Aku bukanlah MD Luffy yang akan membawa suasana senang bahagia dalam pestanya, aku tak lebih hanya seonggok manusia asosial yang tak senang dengan suasana ramai dan kebisingan

Aku bukanlah seorang Gintoki Sakata yang mampu menjalin persahabatan indah dengan semua kalangan, mulai dari pemimpin kerajaan, preman pasar, para banci, gangster, kepolisian, artis, dan kalangan lainnya. Aku hanya seorang yang hidup soliter menyendiri yang berjalan sendirian seperti serigala tua yang mencari tempat untuk mati

Aku bukanlah Natsu Dragnel, seorang dengan semangat tanpa batas dalam melakukan segala hal. Aku tak lebih hanya seorang pengecut yang menjalani apa adanya, hanya sebatas melepaskan tanggung jawab, tak lebih, hanya melakukan saja.

Aku bukanlah seorang Uzumaki Naruto, seorang dengan kemampuan retorika luar biasa yang mampu membimbing seorang dari jalan kegelapan menuju jalan ninja yang sesungguhnya, aku hanyalah seorang yang terbiasa hidup dalam bayangan, tak peduli dengan cahaya dan tak ingin hidup di bawah cahaya terang.

Aku bukanlah Aladin yang mampu meninggalkan segala kemegahan kerajaannya hanya demi menyelamatkan masa depan teman-temannya dan kerajaannya. Aku hanya manusia hina yang mungkin akan silau melihat harta melimpah.

Aku juga bukan Saitama, seorang yang mampu menyesaikan semuanya hanya dengan satu pukulan. Aku hanyalah seorang yang bahkan takut berhadapan dengan seekor kecoak.

Aku bukanlah Doraemon yang mampu mengeluarkan, memberikan segala hal untukmu, karena aku hanyalah aku, manusia dengan segala keterbatasan yang hanya punya cinta untukmu.

Thursday, February 4, 2016

Abu-abu

Sebuah kapal pesiar mengalami kecelakaan di laut dan akan segera tenggelam. Sepasang suami istri berlari menuju skoci untuk menyelamatkan diri. Sampai di sana, mereka menyadari bahwa hanya ada tempat untuk satu orang yang tersisa. Segera sang suami melompat mendahului istrinya untuk mendapatkan tempat itu. Sang istri hanya bisa menatap kepadanya sambil meneriakkan sebuah kalimat sebelum skoci menjauh dan kapal itu benar-benar menenggelamkannya.

Guru yang menceritakan kisah ini bertanya pada murid-muridnya, “Menurut kalian, apa yang istri itu teriakkan?”
 

Sebagian besar murid-murid itu menjawab,
 

“Aku benci kamu!”
 

“Kamu tau aku buta!!”
 

“Kamu egois!”
 

“Nggak tau malu!”
 

Tapi guru itu kemudian menyadari ada seorang murid yang diam saja. Guru itu meminta murid yang diam saja itu menjawab. Kata si murid, “Guru, saya yakin si istri pasti berteriak, ‘Tolong jaga anak kita baik-baik’”.
 

Guru itu terkejut dan bertanya, “Apa kamu sudah pernah dengar cerita ini sebelumnya?”
 

Murid itu menggeleng. “Belum. Tapi itu yang dikatakan oleh mama saya sebelum dia meninggal karena penyakit kronis.”

Guru itu menatap seluruh kelas dan berkata, “Jawaban ini benar.”
 

Kapal itu kemudian benar-benar tenggelam dan sang suami membawa pulang anak mereka sendirian.
 

Bertahun-tahun kemudian setelah sang suami meninggal, anak itu menemukan buku harian ayahnya. Di sana dia menemukan kenyataan bahwa, saat orangtuanya naik kapal pesiar itu, mereka sudah mengetahui bahwa sang ibu menderita penyakit kronis dan akan segera meninggal. Karena itulah, di saat darurat itu, ayahnya memutuskan mengambil satu-satunya kesempatan untuk bertahan hidup. Dia menulis di buku harian itu, “Betapa aku berharap untuk mati di bawah laut bersama denganmu. Tapi demi anak kita, aku harus membiarkan kamu tenggelam sendirian untuk selamanya di bawah sana.”

Cerita itu selesai. Dan seluruh kelas pun terdiam.


Guru itu tahu bahwa murid-murid sekarang mengerti moral dari cerita tersebut, bahwa kebaikan dan kejahatan di dunia ini tidak sesederhana yang kita sering pikirkan. Ada berbagai macam komplikasi dan alasan di baliknya yang kadang sulit dimengerti.


Karena itulah kita seharusnya jangan pernah melihat hanya di luar dan kemudian langsung menghakimi, apalagi tanpa tahu apa-apa.


Mereka yang sering membayar untuk orang lain, mungkin bukan berarti mereka kaya, tapi karena mereka menghargai hubungan daripada uang.


Mereka yang bekerja tanpa ada yang menyuruh, mungkin bukan karena mereka bodoh, tapi karena mereka menghargai konsep tanggung jawab.


Mereka yang minta maaf duluan setelah bertengkar, mungkin bukan karena mereka bersalah, tapi karena mereka menghargai orang lain.


Mereka yang mengulurkan tangan untuk menolongmu, mungkin bukan karena mereka merasa berhutang, tapi karena menganggap kamu adalah sahabat.


Mereka yang sering mengontakmu, mungkin bukan karena mereka tidak punya kesibukan, tapi karena kamu ada di dalam hatinya. 


Mereka yang sering menyanjungmu setinggi langit, mungkin bukan karena engkau pahlawan, tapi mungkin karena mereka memaafkan keburukanmu. 


Mereka yang selalu menghinamu dan menghakimimu, mungkin bukan karena mereka membencimu, tapi karena mereka ingin menguji ketulusan cintamu.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...