Purnama yang dahulu selalu menerangi jalan ini telah hilang ditutupi ribuan tetesan air hujan. Hujan yang membawa hawa dingin sekaligus memberikan ketenangan dan menciptakan kenangan. Ribuan tetesan yang mengalir bersama dengan tawa dan air mata. Ribuan tetesan yang kemudian menyatu, mengalir, dan menjelma menjadi lautan dan samudera.
Namun kini tetesan itu hanya tinggal tetesan semata. Tak ada tawa dan duka bersamanya. Hanya ada jutaan senyawa tak berharga. Tak ada artinya.
Aku hanya berharap akan munculnya cahaya indah diakhir tetesan tak berharga itu. Cahaya indah penghias langit setelah lama berduka. Cahaya indah beraneka warna berbagai rupa, entah itu pelangi namanya atau semacam aurora, aku tak peduli. Aku hanya berharap melihat sesuatu yang indah.
Aku menantimu wahai aurora. Selamat tinggal putri penghias malam "Sang rembulan", dan Selamat jalan untuk "Puteri Hujan". Aku selalu menunggu mu wahai Aurora ku.
No comments:
Post a Comment