Sunday, June 5, 2016

Hanya Tarian Jari Tak Berarti

Hanya Tarian Jari tak Berarti
Credit:freeimages
Sedikit mengulang apa yang telah terjadi.

Setahun tak terasa telah terlewati, padahal rasanya baru kemarin aku bertemu denganmu, berbagi tawa bersama, berbagi duka yang sama. Kita melewati waktu indah kita dengan senyum indah yang selalu terhias di wajah, namun kadang kala tak terasa ada air mata yang menetes saat sang duka menyapa.

Ya, selalu seperti ini kehidupan. 
Kita sebagai manusia tak pernah mengenal waktu dengan baik. Ketika terpuruk akan teramat lama terasa, sedangkan diwaktu terbuai kebahagian waktu yang panjang sekalipun rasanya tak cukup. Begitu pala ketika relativitas waktu akan bekerja pada si penunggu dan yang ditunggu. Si penunggu akan merasakan tiap detik berjalan dengan pelan, dan yang ditunggu tak sadar bahwa waktu yang dijanjikan telah berlalu.

Memang keduanya tidak memiliki hubungan. Apa yang terjadi ketika tawa dan air mata menyatu dan apa yang terjadi antara si penunggu dan yang ditunggu terjadi. Sama sekali tak berhubungan. Semuanya tak lebih dari sebuah keluh kesah seorang NEET tak berguna di dalam kamar lembab tak bercahaya yang hanya membiarkan isi otaknya menari ke sana kemari mengikuti nada yang berasal dari ketukan jari pada keyboard laptopnya.

"Ini mediaku, Ini tulisanku, ini hakku mau menyampaikan apapun" 

Mungkin itu yang ada di benaknya. Bahkan dia tak pernah berpikir bisa saja yang ditulisnya itu bisa melukai orang lain, atau bisa saja membuka luka lama. Apa dia tak tahu bahwa jarimu harimaumu??

Kini peribahasa " lidah lebih tajam dari pedang" telah berubah menjadi jarimu setajam pedang. Sungguh zaman telah berubah drastis. Zaman dimana eksistensi di dunia maya menjadi tujuan hidup. Tak habis pikir jadinya ketika orang bijak pada waktu yang lampau selalu berujar "Kita hidup di dunia fana", padahal yang mereka maksud adalah dunia nyata, terus apa jadinya ketika mereka hidup pada zaman saat ini, dimana hanya ada eksistensi semu di dunia palsu? Bahkan yang nyata saja dianggap fana, terus yang semu jadi apa??

Sudah ku katakan bahwa ini hanya tarian semata. Tak ada tujuan. Hanya membiarkan semua yang muncuk dibenak tertuang dalam selembar kertas. Mengabaikan seni menulis. Menghiraukan hubungan antar paragraf. Ini tak penting dan tak layak untuk dilanjutkan. Tapi mau bagaimana lagi. Tak ada hal yang benar-benar kebetulan di dunia ini, dan tak ada yang sia-sia di dunia ini. Semua pasti punya peran dan semua pasti punya manfaat. Jadi aku putuskan untuk tidak menghapus tulisan di atas. Terima kasih.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...