Tak ada seorang
pun yang senang apabila diremehkan, dianggap tak mampu, dijugde tak akan bisa. Diremehkan memang sakit, sakit sekali malah.
Rasanya ingin marah & langsung nonjok muka tu orang.
Segala hal
selalu ada nilai positif dan negatifnya, termasuk dalam hal meremehkan dan
diremehkan. Mungkin bagi yang mentalnya lemah dan kurang percaya diri akan
mengakibatkan mental berjuangnya akan semakin turun dan melemah. Namun bagi
yang bermental baja, dia akan melihatnya sebagai suatu tantangan yang harus
ditaklukan. Bukankah melakukan sesuatu yang tak ada tantangannya akan terasa
sangat membosankan.
Sebenarnya
diremehkan sedikit menguntungkan. Kita ambil misalnya dalam suatu pertandingan.
Seseorang atau pihak yang diremehkan biasanya tidak dianggap, tidak dihiraukan.
Dan itu merupakan keuntungan bagi pihak yang diremehkan. Kenapa? Karena
kekuatan dan kelemahanya tidak terkuak sehingga ia bisa jadi kuda hitam
menakutkan yang akan merebut kemenangan.
Eh kata siapa
diremehkan itu rasanya menyakitkan doang. Diremehkan itu malah menyenangkan,
bahkan bisa jadi sangat menyakitkan bagi orang yang meremehkan. Apa? Masokis?
Bukan-bukan. Bukan saat diremehkan yang menyenangkan, tapi saat diujung
perjalanan kita dan membuktikan kita mampu. Saat kita bisa mengatakan kepada
orang yang telah meremehkan kita “Maaf aku telah membuat prediksimu salah.”
Dan pada
akhirnya orang yang diremehkanlah yang akan tersenyum, terakhir.