Saturday, January 30, 2016

Meremehkan dan Diremehkan



Tak ada seorang pun yang senang apabila diremehkan, dianggap tak mampu, dijugde tak akan bisa. Diremehkan memang sakit, sakit sekali malah. Rasanya ingin marah & langsung nonjok muka tu orang.

Segala hal selalu ada nilai positif dan negatifnya, termasuk dalam hal meremehkan dan diremehkan. Mungkin bagi yang mentalnya lemah dan kurang percaya diri akan mengakibatkan mental berjuangnya akan semakin turun dan melemah. Namun bagi yang bermental baja, dia akan melihatnya sebagai suatu tantangan yang harus ditaklukan. Bukankah melakukan sesuatu yang tak ada tantangannya akan terasa sangat membosankan.

Sebenarnya diremehkan sedikit menguntungkan. Kita ambil misalnya dalam suatu pertandingan. Seseorang atau pihak yang diremehkan biasanya tidak dianggap, tidak dihiraukan. Dan itu merupakan keuntungan bagi pihak yang diremehkan. Kenapa? Karena kekuatan dan kelemahanya tidak terkuak sehingga ia bisa jadi kuda hitam menakutkan yang akan merebut kemenangan.

Eh kata siapa diremehkan itu rasanya menyakitkan doang. Diremehkan itu malah menyenangkan, bahkan bisa jadi sangat menyakitkan bagi orang yang meremehkan. Apa? Masokis? Bukan-bukan. Bukan saat diremehkan yang menyenangkan, tapi saat diujung perjalanan kita dan membuktikan kita mampu. Saat kita bisa mengatakan kepada orang yang telah meremehkan kita “Maaf aku telah membuat prediksimu salah.”

Dan pada akhirnya orang yang diremehkanlah yang akan tersenyum, terakhir.  

Thursday, January 28, 2016

Masih terukir dengan jelas dalam ingatanku



Masih terukir dengan jelas dalam ingatanku. “Aku mencintaimu” Kata paling indah yang pernah kudengar dari sepasang bibir pinkmu. Namun kini hanya kata caci maki dan cibiran menusuk perasaan yang terucap dari sepesang bibir itu.

Masih terukir dengan jelas dalam ingatanku senyum manis yang kau ukir di wajahmu ketika bertemu denganku, namun kita walau aku melihat senyum diwajahmu, namun itu bukan senyum untuk menyambutku, bukan senyum yang sama seperti kemarin, namun senyum penuh dengan nuansa meremehkan.

Masih terukir dengan jelas dalam ingatanku mata berbinar itu ketika kau menatapku, ketika berbicara tentang masa depan yang kau impikan denganku, namun kini semuanya telah berubah, yang ada hanya mata berbinar ketika kau menjatuhkan, menjelekanku di depan orang lain, di depan teman-temanmu.

Masih terukir dengan jelas dalam ingatanku, kemarin kau memintaku untuk tak pernah meninggalkanmu, tak pernah berpaling darimu sedikitpun, namun hari ini semuanya berbalik 1800. Kau malah mengangulir Semua kata-kata itu. Jangan pernah dating kepadaku, dan jangan pernah mendekatiku.

Masih terukir dengan jelas dalam ingatanku wajah ceria penuh tawa riang di wajah imut anggun itu ketika kita berbicara tentang hal indah yang terjadi pada hari sebelumnya, namun kini hanya tawa riang pada wajahmu ketika menertawakanku.

Masih terukir dengan jelas dalam ingatanku ketika kau marah hanya karena aku tak bisa menemuimu pada hari itu, namun hari ini kau malah sangat marah ketika aku meminta untuk bertemu denganmu.

Masih terukir dengan jelas dalam ingatanku semuanya, namun kini Semua telah berubah. Ingatan akan tetap menjadi ingatan. Kenangan akan tetap menjadi kenangan. Semuanya berbalik 1800. Tak ada cinta, tak ada kasih saying, yang ada hanya benci dan caci maki.

Wednesday, January 27, 2016

Cerita dari kumpulan Pribahasa


Siapa yang makan nangka, dia yang akan kena getahnya, siapa yang bermain air akan basah dan yang bermain api akan terbakar namun kebanyakan orang selalu lempar batu sembunyi tangan. Itulah gambaran kehidupan hari ini. Padahal bukankah harusnya seperti alang berjawab, tepuk berbalas.

Walau beribu maaf telah terucap, namun apa daya nasi sudah menjadi bubur karena nila setitik rusak susu sebelanga semuanya tak akan kembali ke titik awal lagi. Meskipun kita sama-sama mengetahui bahwa saling mengadu ujung penjahit hanya akan menjadikan yang kalah menjadi abu dan yang menang jadi arang.  Jadi lebih baik kita meniru air dingin yang dapat memadamkan api.
 
Aku menyadari hubungan kita sudah jadi abu arang, namun bukan berarti kita harus bertindak layaknya air dan minyak. Coba kita pahami bahwa perasaan seseorang tak ubahnya air laut, ada pasang ada surut, kadang kala kita berbagai tawa, ada pula berbagai duka. Namun alangkah baiknya jika duka itu hanya menjadi air mata yang jatuh ke perut, bukan menjadi buah bibir setiap orang. Janganlah menepuk air di dulang, karena akan terpecik ke muka sendiri. Biarkan aku saja yang bertanggung jawab, biarkan saja aku yang menjadi alas kubur.

Mungkin yang kulakukan hanya membasuh muka dengan air liur sendiri, walau aku tak pernah berniat seperti itu. Maafkan jika aku salah bertindak karena aku bukanlah orang yang pandai berminyak air.

Semuanya telah berakhir, saatnya membuang air yang keruh dan mengambil air yang jernih. Tapi bukan berarti tak ada rotan akar pun jadi, kita harus mencari rotan-rotan yang lebih baik dari rotan sebelumnya meskipun itu pasti akan sulit sesulit mencari jarum dalam tumpukan jerami. Pilihlah yang terbaik, semoga tak jatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya. Jangan sampai tertipu dengan anjing berkalung emas, serigala berbulu domba yang banyak berkeliaran bebas di permukaan bumi ini.

Mungkin semuanya memang lebih baik seperti ini. Lebih baik diakhiri dari pada menyimpan api dalam sekam. Walaupun dahulu kita berkomitmen terapung sama hanyut, terendam sama basah, namun ada baiknya kini kita berhubungan bagaikan api dan asap saja. Kita jalani saja ke arah mana hidup ini akan membawa kita, karena aku yakin walau garam di laut dan asam di gunung, mereka akan bertemu di belanga yang sama.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...