Wednesday, January 27, 2016

Cerita dari kumpulan Pribahasa


Siapa yang makan nangka, dia yang akan kena getahnya, siapa yang bermain air akan basah dan yang bermain api akan terbakar namun kebanyakan orang selalu lempar batu sembunyi tangan. Itulah gambaran kehidupan hari ini. Padahal bukankah harusnya seperti alang berjawab, tepuk berbalas.

Walau beribu maaf telah terucap, namun apa daya nasi sudah menjadi bubur karena nila setitik rusak susu sebelanga semuanya tak akan kembali ke titik awal lagi. Meskipun kita sama-sama mengetahui bahwa saling mengadu ujung penjahit hanya akan menjadikan yang kalah menjadi abu dan yang menang jadi arang.  Jadi lebih baik kita meniru air dingin yang dapat memadamkan api.
 
Aku menyadari hubungan kita sudah jadi abu arang, namun bukan berarti kita harus bertindak layaknya air dan minyak. Coba kita pahami bahwa perasaan seseorang tak ubahnya air laut, ada pasang ada surut, kadang kala kita berbagai tawa, ada pula berbagai duka. Namun alangkah baiknya jika duka itu hanya menjadi air mata yang jatuh ke perut, bukan menjadi buah bibir setiap orang. Janganlah menepuk air di dulang, karena akan terpecik ke muka sendiri. Biarkan aku saja yang bertanggung jawab, biarkan saja aku yang menjadi alas kubur.

Mungkin yang kulakukan hanya membasuh muka dengan air liur sendiri, walau aku tak pernah berniat seperti itu. Maafkan jika aku salah bertindak karena aku bukanlah orang yang pandai berminyak air.

Semuanya telah berakhir, saatnya membuang air yang keruh dan mengambil air yang jernih. Tapi bukan berarti tak ada rotan akar pun jadi, kita harus mencari rotan-rotan yang lebih baik dari rotan sebelumnya meskipun itu pasti akan sulit sesulit mencari jarum dalam tumpukan jerami. Pilihlah yang terbaik, semoga tak jatuh ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya. Jangan sampai tertipu dengan anjing berkalung emas, serigala berbulu domba yang banyak berkeliaran bebas di permukaan bumi ini.

Mungkin semuanya memang lebih baik seperti ini. Lebih baik diakhiri dari pada menyimpan api dalam sekam. Walaupun dahulu kita berkomitmen terapung sama hanyut, terendam sama basah, namun ada baiknya kini kita berhubungan bagaikan api dan asap saja. Kita jalani saja ke arah mana hidup ini akan membawa kita, karena aku yakin walau garam di laut dan asam di gunung, mereka akan bertemu di belanga yang sama.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...