Hari ceria itu telah berakhir kawan. Semuanya telah hilang, hanyut ditelan ombak pantai. Bahkan jejakku di pantai itu ikut terhapus karena besarnya ombak badai di pantai ini.
Sinar hangat mentari pun kini tak lagi terasa olehku. Yang ada hanya hawa dingin beku yang mengelilingi tubuh rapuhku ini. Rapuh bukan karena fisikku yang lemah, tapi rapuh karena hati dan perasaan yang hancur. Hancur karena sikap dan tingkahmu.
Angin pantai yang biasanya memberikan sentuhan lembutnya kini terasa menusuk masuk ke dalam kulitku. Apakah karena sensitifitas kulitku yang meningkat, atau karena memang angin telah membenciku, aku tak tau, tapi yang pasti angin itu menyiksaku.
Deburan ombak yang ada turut mengiringi tangisku. Tangis tanpa air mata. Tangis yang selama ini aku pendam. Tangis yang selama ini selalu aku tutupi dengan senyuman. Tangis yang selalu muncul ketika mendengarmu bercerita tentang yang lain. Tangis yang akan selalu ada untukmu karena kesalahanku memeperlakukanmu. Tangisku yang ada karena penyesalanku tak mampu menjadi seperti yang kau mau.
No comments:
Post a Comment