Di Indonesia, produk Honda sudah lama dikenal sebagai raja jalanan. Pada tahun 2008 prestasi Honda diganjar 2 penghargaan dari MURI yakni penjualan motor terbanyak dalam satu tahun dan pemimpin pasar sepeda motor dalam 30 tahun. Begitu pula dengan penjualan mobil. Tiga produk Honda merajai pasar Indonesia. Siapa yang menyangka semua kesuksesan itu dilakukan oleh seorang yang drop out dari universitas.
Honda memang bukanlah anak yang cerdas di sekolahnya. Bahkan nilainya cenderung jelek, namun ia menunjukkan kecintaan yang luar biasa di dunia otomotif khususnya pada mesin dan sepeda. Ia ia sering bermain di pabrik reparasi milik ayahnya di desa Kamyo, distrik Shizuko. Ia mengamati dengan antusias bagaimana kerja dari mesin diesel pertanian di sana. Bahkan pada usia 12 tahun, karena kecintaannya pada dunia otomotif, ia pernah bersepeda sejauh 10 mil hanya demi menyaksikan pesawat terbang.
Setelah ayahnya berumur 84 tahun meninggal dunia akibat penyakit liver, ia kemudian meneruskan usaha tersebut. Namun, karena keadaan ekonomi keluarganya yang sulit, usaha tersebut tak mampu bertahan. Pada usia 15 tahun Honda kemudian bekerja di Hart Sokai company. Pada awalnya Honda hanya bekerja sebagai pengasuh anak milik perusahaan tersebut. Namun sang pemilik melihat bahwa Honda memiliki kecerdasan dalam hal otomotif. Selam 6 tahun bekerja, Honda menunjukan kinerja yang memuaskan. Wawasannya dalam bidang mesin pu semakin bertambah. Ia sangat teliti dan cekatan. Ia bahkan dengan detil memperhatikan setiap suara yang mencurigakan ataupun setiap oli yang bocor. Akhirnya pemilik perusahaan itu mempercayakannya membuka satu kantor cabang di Hamamatsu. Saat itu usianya baru 21 tahun.
Prestasinya bun semakin gemilang. Kantor tersebut selalu dijejali dengan konsumen. Honda mampu mereparasi kendaraan yang tak mampu direparasi bengkel lain. Ia pun tangkas sehingga konsumen merasa puas. Hal tersebut menyebabkan ia harus bekerja lembur hinga larut malam, bahkan sampai pagi. Namun kreatifitasnya tidak menurun.
Kreatifitasnya kemudian memberikan buah penemuan jari-jari logam. Pada saat itu semua kendaraan menggunakan kayu sebagai jari-jari sehingga hal tersebut tak terlalu baik untuk meredam getaran. Gagasan ini berdampak luar biasa pada dunia otomotif. Penjualannya juga mencapai luar negeri. Jari-jari logam inilah hak paten pertamanya.
Pada usia 30 tahun, ia berencana membuat bengkelnya sendiri. Ia pun mengundurkan diri dari Hart Sokai Company. Pada tahun 1938 ia meluncurkan produk pertamanya yaitu ring piston. Sayangnya karena tidak lentur, ring buatannya dianggap tidak memenuhi standar. Akibatnya produk buatanya tidak laku di pasaran. Kegagalan ini menimbulkan reaksi negatif dari teman-temannya. Karena hal tersebut Honda pun akhirnya jatuh sakit.
Namun dua bulan kemudian, saat kesehatannya membaik, ia kembali meneruskan usaha bengkelnya. Demi menyempurnakan produk ring pistonnya, Honda pun menimba ilmu di bidang mesin dengan mendaftar sebagai mahasiswa di universitas. Setelah dua tahun, ia pun di drop aout karena jarang mengikuti perkuliahan. Saat ditanya, Honda menjelaskan bahwa teori sangat bertele-tele mengenai mesin dan pengaruhnya, tidak cukup untuk mengobati rasa keingintahuannya akan aplikasi mesin itu sendiri. Bahkan dengan tegas ia berkata kepada rektor bahwa kuliahnya adalah untuk mendapatkan pengetahuan bukan mendapatkan ijazah.
Walaupun tak lagi menempu pendidikan di perguruan tinggi Honda tetap berjuang keras demi penyempurnaan pistonnya. Semua perjuangannya tidak sia-sia, akhirnya pistonnya diterima langsung oleh Toyota. Visi Honda pun semakin besar, ia berencana membangun pabrik. Namun kegagalan kembali menghampirinya. Permohonan dana yang diajukannya ke pada pemerintah Jepang tidak disetujui karena pada saat itu sedang terjadi perang. Ia tak menyerah di sana saja, ia kemudian mencari dana dari teman-temannya. Dengan dana tersebut kemudian ia mendirikan pabrik, namun nasib sial menghampirinya. Pabrik yang baru ia bangun terbakar. Ia harus memulai dari awal lagi. Dengan sisa keuangannya ia kembali mendirikan pabrik baru, namun apa daya, takdir tak dapat dilawan. Pabrik tersebut terbakar untuk kedua kalinya.
Semangat pantang menyerah ditunjukannya. Dengan bahan kaleng sisa bensol yang dibuang oleh kapal Amerika ia mendirikan pabrik. Namun apa daya, untuk ketiga kalinya kesialan menimpah dirinya. Kini gempa bumi yang menghancurkan pabrik impiannya. Akhirnya Honda terpaksa menjual desain pistonnya itu kepada Toyota.
Setelah itu Honda mencoba beberapa usaha namun kegagalan menghampirinya. Kesuksesan Honda kembali berjaya pada tahun 1947. Akibat perang Jepang mengalami krisis ekonomi dan krisis bahan bakar. Awalnya hal ini berdampak buruk bagi Honda, karena mobilnya tidak terjual. Namun, beruntungnya, kreatifitasnya tidak sedikit pun menurun. Saat sedang bermain-main dengan sepeda pancalnya, ia memasang motor kecil di sepeda tersebut. Tidak disangka tentangga dan kerabat dekatnya menyukai. Akhirnya ia pun memproduksi sepeda bermotor tersebut. Berita menyebar dan banyak pesanan hingga ia kehabisan stok. Sejak itulah ia lalu mendirikan pabrik motor dan terus melakukan inovasi hingga saat ini.
Namun ternyata, walau angka penjualannya sukses, Honda mengalami masalah keuangan, bahkan terancam bangkrut. Menyadari bahwa ia bukan pengelola keuangan yang baik, Honda pun melibatkan ahli keuangan untuk mengatasi ini. Tahun 1991, Honda meninggal. Warisan yang paling berharga ditinggalkannya yaitu inovasi sepeda motor dan mobil yang berawal dari kisah perjuangan jatuh bangunnya.
Dikutip dari : Renny Amelia, Berani Sukses Berani Gagal, Maxikom.co.id
Download File:Download here
Apabila terdapat masalah pada link diatas silahkan isi kolom komentar
Terima kasih
No comments:
Post a Comment